#navbar-iframe { display: none !important; } PEKON TRIMULYO: Maret 2011

Selasa, 29 Maret 2011

Katanya, Bertani Tidak Membuat Bangga




Ada ribuan alasan kenapa generasi muda Trimulyo sekarang memilih meninggalkan kehidupan bertani di desa, salah satu alalsan yang yidak bisa dibantah adalah, bahwa bertani tidak bisa menjamin kehidupan hari esok lebih baik, bahwa profesi sebagai petani tidak mampu membuat generasi muda merasa bangga.

Ini sangat masuk akal, lihat saja para petani tradisional di desa-desa, siklus kehidupan mereka dari dulu hingga sekarang tak ubahnya seperti gasing yang dipaksa menjadi bandul jaman. berputar tergantung di tempat semula dan tak bisa beranjak. terkadang acap kali berbenturan dengan berbagai masalah, kemudian terkapar dalam kondisi yang sama dan di tempat yang sama pula.

Jika ada anak muda yang mengatakan bahwa anak muda enggan menjadi petani semata mata karena tidak mau ber belepotan dengan lumpur atau gengsi, ini salah besar. sebab ketika pergi mencari kerja dikota, pekerjaan yang mereka dapatkan tidak jauh dari debu, cipratan air serta keringat, bedanya pekerjaan dikota bisa memberikan penghasilan tunai setiap bulan, sedangkan bertani harus menunggu panen tiba dengan berbagai resiko kegagalan yang tidak bisa diprediksi.

Menjadi petani mesti dipahani sebagai profesi yang kompleks, bahwa petani juga sekaligus sebagai pengusaha, mencari dan memanage modal sendiri, mengolah lahan, merawat tanaman, memanen dan menjual hasil panen juga sendiri pula. sedangkan bagi kalangan muda yang terbiasa hidup dengan pola hidup mewah dan serba instant, hal ini jelas sangat ribet. belum lagi manghadapi kegagalan panen dan ketidak pastian harga yang terkadang anjlok dibawah modal produksi. maka lengkap sudah alasan para muda-mudi untuk menghindar manjadi petani.

memang program dan langkah langkah dari pemerintah sudah dilakukan dalam penyelamatan pertanian di Lampung Barati, seperti subsidi pupuk, bantuan permodalan, bantuan bibit hingga proteksi harga panen sudah dilakukan, namum berbagai pertanyaan besar dan mendasar harus dijawab. Apa Gunanya sebuah Proteksi bila pertanian di LamBar akhirnya kehilangan Peteninya..?, bagaimana pula bisa meningkatkan hasil maksimal bila petaninya yang tersisa hanya dari kaum yang sudah tua-tua....?

Berbagai pertanyaan besar tersebut mesti dijawab oleh pemerintah, dan lebih gigih lagi memberikan proteksi dalam dunia pertanian, sebab pertanian memerlukan inovasi management dan teknologi yang mesti dikuasai oleh petani.

Setumpuk harapan bergantung pada SDM generasi muda dalam menyerap inovasi, management dan teknologi pertanian demi kemajuan pertanian di Lampung Barat. tetapi Sekali lagi Kenapa pemerintah membiarkan Anak muda berbondong-bondong pergi kekota meninggalkan sawah dan ladang mereka....?(“Sukma”)